Monday, March 22, 2010

Saudaraku, kemana Kakimu akan Kau Langkahkan

 Saudaraku..., Kemanakah Kakimu akan Kau Langkahkan


(Sebuah renungan dalam rangka membangkitkan  kesadaran akan hakikat sebuah perjalanan)



Dan buatlah untuk mereka perumpamaan kehidupan dunia, sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit dan karenanya lalu tumbuhlah tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian setelah subur lalu menjadi kering yang dapat diterbangkan oleh angin dan Allah itu adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Hartabenda dan anak-anak itu adalah perhiasan kehidupan dunia dan amalan-amalan yang baik yang kekal pahalanya adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih bagus pula harapannya." (al-Kahf: 45-46)



Ini adalah sebuah risalah yang kami hadirkan sebagai renungan bagi kita untuk menyadari hakikat sebuah perjalanan

Wahai saudaraku, Ketahuilah bahwa keberadan kita di dunia yang sangat singkat ini, tak akan mampu menafikkan bahwasanya pada hakikatnya kita adalah seorang musafir, anak dari seorang musafir yang sedang melakukan perjalanan,
Renungkanlah………



عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

Dari Abdullah Ibnu Umar radhiallahu anhu berkata: Rasulullah sholallahu alaihi wa sallam memegang pundakku dan bersabda, Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau penyeberang jalan. Ibnu Umar radhiallahu anhu berkata, Jika kamu berada di sore hari, jangan menunggu pagi hari, dan jika engkau di pagi hari janganlah menunggu sore, manfaatkanlah masa sehat. Sebelum datang masa sakitmu dan saat hidupmu sebelum datang kematianmu. (HR. Bukhari)


Saudaraku fillah ketahuilah ada 4 hal yang setidaknya ada pada diri seorang yang sedang melakukan perjalanan (musafir)


1. Mengetahui kemana tujuan perjalanannya

Sesungguhnya dunia merupakan persinggahan dan Akhirat merupakan tujuan dari perjalanan seorang mukmin. Allah berfirman :

إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ

Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka,
kemudian sesungguhnya atas (kewajiban) Kamilah perhitungan mereka (Al Ghasiyah:45-46)

Seseorang yang sadar bahwa dunia ini adalah sebuah perjalanan tentu akan faham kemana dia akan menuju.

Inilah yang harus tertanam dalam diri seorang mukmin sebagai Aqidah dasar dalam beramal.
Tertanamnya keyakinan ini akan melahirkan kekhusyuan hati dan kesabaran untuk melewati kehidupan yang penuh dengan cobaan

Allah subhaanahu wata’aala berfirman :

وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya". (QS. Al Baqarah:45-46)

Sebaliknya seseorang yang tidak menyadari kemana dia akan berjalan maka dia akan mudah diombang-ambingkan oleh gejolak dunia, bahkan sangat mungkin dia akan menjadikan dunia sebagai tujuannya, sehingga segala potensinya diarahkan untuk meraih hasil di dunia baik harta, kekuasaan wanita dan yang lain ya ng akan menariknya keluar dari jalan Allah. padahal dunia ini hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

Allah subhaanahu wata’aala berfirman:

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرّاً ثُمَّ يَكُونُ حُطَاماً وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Al- Hadid:20)


2. Senantiasa melihat dan mempersiapkan bekal

Saudaraku, akhirat merupakan perjalanan yang sangat panjang yang membutuhkan bekal yang banyak, maka itu Allah telah mengingatkan kita

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".(QS. Al Hasyr:18)

"Sesungguhnya sebaik baik bekal adalah ketakwaan" (QS.2:197)

Untuk itu seorang mukmin harus giat dan bersungguh-sungguh dalam hal tersebut dengan melakukan amalan2 ketaatan.

Untuk melihat kepada bekal maka dibutuhkan adanya muhasabah (Intospeksi diri) diawali dengan melihat amalan2 yang diwajibkan baik perintah sudah sejauh mana kita telah melakukannya maupun larangan sudah sejauh mana kita telah meninggalkannya, kemudian diikuti dengan amalan2 sunnah

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anh, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam “Sesungguhnya Allah ta’ala telah berfirman : ‘Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya. Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu (perbuatan) yang Aku sukai seperti bila ia melakukan yang fardhu yang Aku perintahkan kepadanya. Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka jadilah Aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, sebagai tangannya yang ia gunakan untuk memegang, sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti akan Aku berikan kepadanya." (HR Bukhari)


3. Berusaha untuk menjaga bekal yang dibawanya

Diantara tabiat dari seorang musafir adalah bagaimana mereka selalu berusaha untuk menjaga bekalnya. Alangkah celaka apabila perjalanan masih panjang akan tetapi bekal yang masih tersisa hilang atau rusak.

setidaknya ada 3 hal yang paling dikhawatirkan oleh seorang musafir

a. Perampok yang akan menghabiskan bekal mereka baik yang besar maupun yang kecil dan tidak menyisakan sedikitpun.

Ini ibarat kesyirikan yang akan menghapuskan amalan baik yang besar maupun yang kecil

Allah subhaanahu wata’aala berfirman:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Az Zumar:65)

Untuk menjauhkan kita dari kesyirikan maka tiada jalan lain kecuali dengan bertauhid kepada Allah, dimana kita harus meyakini Keesaan Allah, baik salam Rububiah, uluhiah maupun Asma dan Sifat, Laa Ilaaha Illallah, tiada sekutu bagiNYA.

b. Pencuri yang akan mengerogoti bekal mereka satu demi satu.

Ini ibarat Riya(memperlihatkan amalan untuk mendapatkan pujian manusia) atau sum’ah (Memperdengrksn amalan untuk mendapatkan pujian manusia).

Sebuah amalan apabila dicampuri dengan riya atau sum’ah maka akan menyebabkan amalan tersebut batal dan tidak memiliki nilai disisi Allah

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesuatu yang paling aku khawatirkan kepada kamu sekalian adalah perbuatan syirik kecil. Ketika ditanya tentang maksudnya, beliau menjawab: Yaitu riya'." (HR Ahmad, Ath-Thabarani, Ibnu Abid-Dunya dan Al Baihaqi dalam kitab Az-Zuhd)

Diriwayatkan oleh Abu Sa'id Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Maukah kamu aku beritahu tentang sesuatu, yang menurutku, lebih aku khawatirkan terhadap kamu daripada Al-Masih Ad-Dajjal. Para sahabat menjawab: "Baiklah, ya Rasulullah." Beliaupun bersabda: "Syirik tersembunyi, yaitu ketika seseorang berdiri melakukan shalat, dia perindah shalatnya itu karena mengetahui ada orang lain yangmemperhatikannya." (HR Imam Ahmad)

Untuk menjauhkan kita dari Riya dan Sum’ah maka tiada jalan lain melainkan dengan melakukan amalan semata-mata ikhlas untuk mendapatkan keridhaan dan pahala disisi Allah.

c. Hama atau kondisi yang dapat merusak bekalnya, jadi bekal tetap ada namun tidak dapat lagi dimanfaatkan.

ia ibarat Kebid’ahan yang dilakukan oleh seseorang, atau ia melakukan amalan yang dicampuri dengan kebid’ahan, hal ini dapat merusak amalan yang bisa menyebabkan amalannya tertolak.

Dari Ibunda kaum muminin, Ummu Abdillah Aisyah rodhiyallohu anha, dia berkata: Rosululloh shollallohu alaihi wasallam pernah bersabda: “Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu (amalan) dalam urusan (agama) kami yang bukan dari kami, maka (amalan) itu tertolak”. (HR. Bukhori dan Muslim). Dan dalam riwayat Muslim: Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka itu tertolak"

Untuk menjauhkan kita dari Perbuatan Bid’ah maka tiada jalan lain melainkan dengan melakukan amalan berdasarkan tuntunan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang bisa diketahui dengan mempelajari Ilamu Agama ini

Inilah 3 hal yang harus dihindri oleh seorang mukmin agar amalannya senantiasa diterima disisi Allah sehingga benar-benar manjadi bekal baginya dihari perhitungan kelak, suatu hari yang tidak akan diterima tebusan dan tidak akan bermanfaat harta, keluarga dan jabatan.


4. Meninggalkan perkara sia-sia di tempat persinggahan dan Fokus kepada tujuan

Dunia adalah tempat persinggahan maka tidak selayaknya bagi seorang musafir untuk mengedepankan urusan di dunia sehingga mencintai dengan berlebihan daripada akhirat, Allah berfirman:

"Dan tidaklah kehidupan di dunia ini melainkan senda-gurau dan permainan belaka dan sesungguhnya perumahan akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya, jikalau mereka mengetahui." (al-Ankabut: 64)

Dari Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. tidur di atas selembar tikar, lalu bangun sedang di lambungnya tampak bekas tikar itu. Kami berkata: "Ya Rasulullah, alangkah baiknya kalau kita ambilkan saja sebuah kasur untuk Tuan." Beliau bersabda: "Apakah untukku ini dan apa pula untuk dunia -maksudnya: bagaimana saya akan senang pada dunia ini. Saya di dunia ini tidaklah lain kecuali seperti seorang yang mengendarai kenderaan yang bernaung di bawah pohon, kemudian tentu akan pergi dan meninggalkan pohon itu." (Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih)

Oleh karena itu musafir ibarat orang asing di tempat persinggahan. yang tidak begitu mengenalnya dan menginginkan untuk segera berlalu. Mereka beusaha untuk hanya mengambil hal-hal yang akan bermanfaat bagi perjalanan mereka dan meninggalkan perkara yang sia-sia.

Saudaraku fillah, inilah diantara perkara-perkara yang hendaknya kita fahami yang merupakan pelajaran dalam menjalani kehidupan layaknya seorng musafir sebagai buah dari nasihat yang agung dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam akan hakikat sebuah perjalanan, maka alangkah indahnya perkataan Abdullah bin Umar Radhiallahu anhu: Jika kamu berada di sore hari, jangan menunggu pagi hari, dan jika engkau di pagi hari janganlah menunggu sore, manfaatkanlah masa sehat. Sebelum datang masa sakitmu dan saat hidupmu sebelum datang kematianmu

Persiapkanlah diri saudaraku untuk perjalanan yang sangat panjang........ Dengan senantiasa memohon Rahmat dan HidayahNYA semoga Allah senantiasa menjadikan kita istiqamah dijalan kebenaran sampai kita kembali kepadaNYA

-Amin yaa Robbal aalamiin-

Kendari, l 22 Maret 2010,
Abu Salmaa Faris Abdullah Ma'mun

0 komentar:

Post a Comment