Friday, April 2, 2010

TAUHID ADALAH IBADAH YANG PALING AGUNG (Prioritas pertama dan utama dalam ilmu, amal dan dakwah)

TAUHID ADALAH IBADAH YANG PALING AGUNG
(Prioritas pertama dan utama dalam ilmu, amal dan dakwah)


A. IBADAH

Tujuan dan hikmah yang paling besar dari diciptakannya manusia adalah agar mereka beribadah kepada Allah, sebagaimana firman Allah di dalam Al Qur’an surat Adz-Zariat :56


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”


Oleh karena itu kewajiban dari setiap manusia untuk mengabdi kepada Allah dengan menjalankan segala apa yang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang dilarangNYA
untuk memperoleh keridhaan Allah, sehingga dengannya mereka akan mendapatkan balasan berupa kehidupan yang baik dan Syurga yang disediakan oleh Allah bagi orang-orang yang bertakwa.

Dan bagi manusia yang berpaling dan enggan untuk beribadah kepada Allah maka mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih, sebagaimana firman Allah dalam Alqur’an Surat Al-Jinn ayat 17

لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَمَن يُعْرِضْ عَن ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَاباً صَعَداً

“Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat.”

Untuk itu penting kita mengetahui tentang substansi Ibadah

1. Pengertian Ibadah

Ibadah secara bahasa berarti ketundukan
secar Istilah Ibadah adalah sebutan (nama-nama) yang mencakup apa –apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah baik perkataan maupun perbuatan yang lahir maupun batin

Dari pengertian ini maka kita bisa melihat bahwa Ibadah memiliki cakupan yang luas, dan tidak hanya meliputi perkara-perkara yang bersifat khusus dalam hubunag seorang hamba dengan Allah seperti shalat, puasa, Zakat, akan tetapi bahkan hal-hal yang merupakan bahagian dari prilaku kita dalam hubungan dengan sesama manusia bisa menjadi bagian dari Ibadah, dengan catatan bahwa perbuatan tersebut dicintai dan diridhai oleh Allah, yang hal ini bisa kita ketahui dengan melihat kepada dalil-dalil yang menunjukkan hal tersebut, baik dari Al Qur’an maupun Sunnah Rasulullah.

Contohnya : dalam hal makan, yang mana asalnya bahwa perbuatan tersebut adalah sesuatu yang menjadi bagian yang senantiasa ada pada diri kita dan tidak bisa ditinggalkan .
Kita mungkin bertanya apakah makan bisa menjadi bagian dari ibadah
maka kita jawab iya, apabila kita mengikuti tatacara dan adab makan sebagaimana Rasulullah, dan kita niatkan untuk mengikuti sunnah rosul untuk mendapatkan pahala disisi Allah, yaitu misalnya mengawali makan dengan membaca basmalah,
Maka sekalipun asalnya makan adalah perbuatan mubah (boleh), namun dengan mengikuti sunnah rasulullah maka dia bisa brubah menjadi sesuatu yang bernilai ibadah berdasarkan keumuman firman Allah terhadap kewajiban dan fadhilah mengikuti Rasulullah, sebagaimanan di dalam Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 31, Allah berfirman :

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar)mencintai Allah, ikutilah aku(Rasulullah), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ataukah seseorang yang meniatkan makanannya untuk menguatkan tubuhnya agar dapat beribadah kepada Allah, maka hal tersebut juga akan menjadkannya sebagai ibadah, karena segala perbuatan yang mubah apabila diniatkan untuk ketaatan kepada Allah, ataukah sebagai sarana yang akan mendukung kepada adanya ketaatan kepada Allah, maka ia bisa masuk sebagai bagian Ibadah, karena hukum sarana megambil hukum tujuan.

Untuk itu Ibadah berdasarkan hal ini maka ibadah terbagi menjadi :

1) Ibadah khashah (khusus) yakni ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan oleh nash (Dalil), seperti shalat, zakat, puasa dan haji.

2) Ibadah ‘ammah (umum), yakni semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang baik dan semata-mata karena Allah, seperti makan, minum, bekerja dan lain sebagainya misalnya dengan niat melaksanakan perbuatan itu untuk menjaga badan jasmaniah dalam rangka agar dapat beribadah kepada Allah.


2. Syarat Ibadah

Ibadah akan menjadi benar dan diterima disisi Allah manakala memenuhi 2 syarat

1. Niat ikhlas untuk mencari keridhaan Allah

Dalilnya adalah :

Firman Allah , dalam Al Qur’an Surat Al-Bayyinah ayat :

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ ا

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus , dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.(HR. Bukhari- Muslim)

2. Berdasarkan petunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam

Dalilnya adalah hadits Rasulullah :

” Dari Ummul mukminin, Ummu 'Abdillah, ‘Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama kami ini yang bukan dari kami, maka dia tertolak".
(Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat Muslim : “Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak sesuai urusan kami, maka dia tertolak”)

Maka Ibadah tidak akan diterima apabila syarat-syaratnya tidak terpenuhi, baik kedua-duanya atau salah satunya.
Seseorang yang beribadah dengan tidak ikhlas kepada Allah maka ia melakukan dosa besar bahkan bisa masuk dalam kategori Syirik yang diancam Oleh Allah dalam firmannya di Surat An-Nisa ayat 116:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa mem-persekutukan (sesuatu) dengan Dia (Syirik), dan Dia mengampuni dosa selain dari Syirik bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.”

Dan barangsiapa yang beribadah kepada Allah denga tidak berdasarkan petunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berarti dia telah melakukan kebid’ahan yang juga merupakan perbuatan dosa, sebagaimana Sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
"Dan jauhilah olehmu hal-hal baru karena sesungguhnya semua bid'ah itu sesat." (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi, Hadits Hasan Shahih, Dari sahabat Abu Najih Al Irbadh bin saariah Radhialahu ‘anhu)
Oleh karena itu tiada ibadah apabila tidak dengan keikhlasan dan Ittiba kepada Sunnah Rasul dan tiada jalan untuk mengetahuinya melainkan dengan menuntut ilmu syar’ie.
Dari Sudut pandang yang lain ibadah juga dapat dibedakan menjadi : 

1. Ibadah I’tiqadiyah ; yaitu ibadah dalam bentuk keyakinan yang tidak dimasuki oleh keraguan sedikitpun, contohnya Keyakinan kita akan keesaan Allah (Tauhid), keyakinan akan Kitb-kitab allah, Rasul-rasul, hari akhir dll yang biasa dikenal dengan perkara Aqidah, ini merupaka perkara yang menjadi pondasi atau dasar dari Ibadah seseorang
2. Ibadah Amaliah; yaitu ibadah dakam bentuk amalan baik perkataan maupun perbuatan, contohnya shalat, Puasa, dll yang biasa dikenal dengan istilah fur’iah atau cabang, karena ia merupakan cabang dari perkara Ushul (dasar)

B. TAUHID PRIORITAS PERTAMA DAN UTAMA

1. Urgensi mempelajari Tauhid


Beberapa sebab yang menjadikan Tauhid begitu urgen adalah :

a. Inti dari perkara Aqidah yang merupakan perkara mendasar di dalam Agama Islam adalah Tauhid. Tauhid merupakan ibadah yang paling agung dan merupakan inti dari ajaran seluruh nabi dan Rasul yang telah diutus oleh Allah, sebgaimana yang difirmankan oleh Allah di dalam Al Qur’an Surat An-Nahl ayat 36 :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”

Tauhid merupakan prioritas dan yang paling awal dan utama di dalam Islam, sebabaimana sabda Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam :

“Dari Ibnu 'Umar radhiallahu 'anhuma, sesungguhnya Rasulullah telah bersabda : "Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai ia mengucapkan laa ilaaha illallaah, menegakkan shalat dan mengeluarkan zakat. Barangsiapa telah mengucapkannya, maka ia telah memelihara harta dan jiwanya dari aku kecuali karena alasan yang hak dan kelak perhitungannya terserah kepada Allah Ta'ala".(HR. Bukhri Muslim

Mengingkari Tauhid maka berarti seseorang telah melakukan kemusyrikan, dan hukmannya sangat berat, Allah berfirman di alam Al Qur’an Surat Al-Maidah ayat 72
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun”.
Maka mempelajari Tauhid merupakan perkara yang paling prioritas dibandingkan dengan perkara yang lain.
b. Adanya penyimpangan pemahaman dari sebagian masyarakat bahwasanya bertauhid yaitu cukup hanya dengan meyakini bahwa Allah Maha Esa dalm perbuatanNYA, seperti menghidupkan, mematikan , menciptakan,…… sehingga mereka masih melakukan praktek-praktek kemusyrikan seperti, berdoa kepada para penghuni kubur, menyembelih untuk selain Allah, padahal hal tersebut merupakan bagian dari ibadah yang tidak boleh dipalingkan melainkan hanya kepada Allah. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman mereka tentang Tauhid, cakupan dan konsekwensinya.
c. Merupakan kewajiban dari seorang muslim untuk mempelajari Ilmu Agama secara umum, Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wasallam brsabda
“ menuntut Ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah". ()

Mempelajari Tauhid merupakan sesuatu yang sangat urgen yang diperintahkan oleh Allah, sebagaimana dalam firmanNYA di dalam Al Qur’an Surat Muhammad ayat 19:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.”

Ayat ini merupakan perintah untuk mengilmui (mempelajari) tentang Tauhid

2. Pengertian Tauhid

Tauhid menurut bahasa (etimologi) diambil dari kata: وَحَّدَ، يُوَحِّدُ، تَوْحِيْدًا artinya menjadikan sesuatu itu satu.

Sedangkan menurut ilmu syar’i (terminologi),Tauhid berarti mengesakan Allah Azza wa Jalla terhdap sesuatu yang khusus bagi-Nya, baik dalam Rububiyyah, Uluhiyyah maupun Asma' dan Sifat-Nya.

Tauhid berarti beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja.

3. Pembgian Tauhid
Dari pengertiannya maka Tauhid dibagi menjadi 3 bagian
a. Tauhid Rububiah 
Yang berarti mengesakan Allah Subhanahu wa Ta'ala berdasarkan perbuatanNYA atau mentauhidkan segala apa yang dikerjakan Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan. Allah adalah Raja, Penguasa dan Rabb yang mengatur segala sesuatu.
Dalil2 yang menunjukkan hal tersebut sangat banyak misalnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman didalam Al Qur’an Surat Az- Zumar ayat 62 :
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” 
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya . Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
Jenis Tauhid ini diyakini oleh semua orang baik orang-orang muslim maupun orang-orang musyrik, dan tiada umat yang menyangkalnya, bahkan hati difitrahkan untuk mengakuiNYA melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lainnya, sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat Ar- Rum ayat 30
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
Pengakuan orang-orang musyrik tentang hal ini juga dapat kita lihat dalam Al Qur,an Surat Al Mu’minu ayat 86-89:
قُل لِّمَنِ الْأَرْضُ وَمَن فِيهَا إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
قُلْ مَن بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ

Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?"”
“Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?"
“Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar”
Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?"

Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?"

Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?"

b. Tauhid Uluhiah
Tauhid Uluhiah adalah meyakini keesaan Allah dalam perbuatan hamba dalam bentuk Ibadah yang hanya di tujukan kepada Allah Subhanahu wata’ala seperti doa, takut, tawakkal, dst
Oleh karena itu Tauhid ini biasa disebut juga sebagai Tauhid ibadah.
Ketahuilah bahwasanya Jenis Tauhid ini merupakan inti dari Tauhid dan ajaran para nabi dan Rasul yang Allah mengutus mereka untuk menegakkannya, sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al Anbiya ayat 25
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

”Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".
Kaum Musyrikin dahulu meyakini bahwa Allah satu-satunya zat Yang menciptakan dan yang menghidupkan serta mematikan, namun mereka masih diperangi oleh Rasulullah dikarenakan mereka menyekutukuan Allah dalam jenis Tauhid ini .
Mereka berdalih berhala yang mereka sembah adalah sebagai perantara mereka kepada Allah.
hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat Yunus ayat 18, yang artinya

"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa'atan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi ?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu).”
Secara khusus hal ini juga banyak terjadi zaman sekarang dimana sebagian masyarakat berdoa kepada orang-orang yang telah meninggal dengan dalih sebagai perantara mereka kepada Allah, maka perbuatan ini merupakan kesyirikan.
c. Tauhid Asma dan Sifat
Yaitu menetapkan nama-nama dan sifat-sifat untuk Allah Subhanahu wa Taâala sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Allah untuk diriNya maupun yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ; serta meniadakan kekurangan-kekurangan dan aib-aib yang ditiadakan oleh Allah terhadap diriNya, dan apa yang ditiadakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Firman Allah dalam Al Qur’an Surat Asy-Syura ayat 11
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.”

Tiga jenis Tauhid inilah yang wajib diketahui oleh seorang muslim, lalu secara sungguh-sungguh ,mengamalkannya.


4. Keutamaan Tauhid
Tauhid merupakan ibadah yang agung, maka ia juga memiliki keutamaan yang sangat besar, diantaranya :

Orang yang bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala memiliki banyak keutamaan, antara lain.

[1]. Orang yang bertauhid kepada Allah akan dihapus dosa-dosanya.
Dalilnya adalah sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah hadits qudsi,

dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi berfirman
‘...Wahai bani Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi, sedangkan engkau ketika mati tidak menyekutukan Aku sedikit pun juga, pasti Aku akan berikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula.’”[2]

[2]. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan mendapatkan petunjuk yang sempurna, dan kelak di akhirat akan mendapatkan rasa aman. Allah Azza wa Jalla berfirman.

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk. ” [Al-An’aam: 82]

Di antara permohonan kita yang paling banyak adalah memohon agar ditunjuki jalan yang lurus.

“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka.” [Al-Faatihah: 6-7]

Yaitu jalannya para Nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang yang shalih.
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, (yaitu) para Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baik-nya.” [An-Nisaa': 69]

Kita juga memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar terhindar dari jalan orang-orang yang dimurkai Allah dan jalan orang-orang yang sesat, yaitu jalannya kaum Yahudi dan Nasrani.

[3]. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan dihilangkan kesulitan dan kesedihannya di dunia dan akhirat.

Allah Azza wa Jalla berfirman

“...Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka...” [Ath-Thalaq: 2-3]

Seseorang tidak dikatakan bertakwa kepada Allah kalau dia tidak bertauhid. Orang yang bertauhid dan bertakwa akan diberikan jalan keluar dari berbagai masalah hidupnya.[3]

[4]. Orang yang mentauhidkan Allah, maka Allah akan menjadikan dalam hatinya rasa cinta kepada iman dan Allah akan menghiasi hatinya dengannya serta Dia menjadikan di dalam hatinya rasa benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.

Allah Azza wa jalla berfirman

“...Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman itu) indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” [Al-Hujurat: 7]

[5].Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk mendapatkan ridha Allah, dan orang yang paling bahagia dengan syafa’at Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang mengatakan لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ dengan penuh keikhlasan dari dalam hatinya.

[6]. Orang yang bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dijamin masuk Surga.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ.

“Barangsiapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah, maka ia masuk Surga.” [4]

مَنْ مَاتَ لاَيُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ.

“Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak menye-kutukan Allah dengan sesuatu, ia masuk Surga.” [5]

[7]. Orang yang bertauhid akan diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kemenangan, pertolongan, kejayaan dan kemuliaan.

Allah Azza wa Jalla berfirman

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” [Muhammad: 7]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman.

“Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu apapun. Tetapi barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” [An-Nuur: 55]

[8]. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan diberi kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.

Allah Azza wa Jalla berfirman.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” [An-Nahl: 97]

[9].Tauhid akan mencegah seorang muslim kekal di Neraka.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، ثُمَّ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَخْرِجُوْا مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيْمَانٍ، فَيُخْرَجُوْنَ مِنْهَا قَد ِاسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهْرِ الْحَيَاءِ -أَوِ الْحَيَاةِ، شَكَّ مَالِكٌ- فَيَنْبُتُوْنَ كَمَا تَنْبُتُ الْحَبَّةُ فِي جَانِبِ السَّيْلِ، أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً؟

“Setelah penghuni Surga masuk ke Surga, dan penghuni Neraka masuk ke Neraka, maka setelah itu Allah Azza wa Jalla pun berfirman, ‘Keluarkan (dari Neraka) orang-orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi iman!’ Maka mereka pun dikeluarkan dari Neraka, hanya saja tubuh mereka sudah hitam legam (bagaikan arang). Lalu mereka dimasukkan ke sungai kehidupan, maka tubuh mereka tumbuh (berubah) sebagaimana tumbuhnya benih yang berada di pinggiran sungai. Tidakkah engkau perhatikan bahwa benih itu tumbuh berwarna kuning dan berlipat-lipat?” [6]

[10]. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla dengan ikhlas, maka amal yang sedikit itu akan menjadi banyak.

Allah Azza wa Jalla berfirman

“Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” [Al-Mulk: 2]

Dalam ayat yang mulia tersebut, Allah Azza wa Jalla menyebutkan dengan “amal yang baik”, tidak dengan “amal yang banyak”. Amal dikatakan baik atau shalih bila memenuhi 2 syarat, yaitu: (1) Ikhlas, dan (2) Ittiba’ (mengikuti contoh) Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallm. Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ pada hari Kiamat lebih berat di-bandingkan langit dan bumi dengan sebab ikhlas.

[11]. Mendapat rasa aman. Orang yang tidak bertauhid, selalu was-was, dalam ketakutan, tidak tenang. Mereka takut kepada hari sial, atau punya anak lebih dari dua, takut tentang masa depan, takut hartanya lenyap dan seterusnya.

[12]. Tauhid merupakan penentu diterima atau ditolaknya amal kita. Sempurna dan tidaknya amal seseorang ber-gantung pada tauhidnya. Orang yang beramal tapi tidak sempurna tauhidnya, misalnya riya, tidak ikhlas, niscaya amalnya akan menjadi bumerang baginya, bukan mendatangkan kebahagiaan baik itu berupa shalat, zakat, shadaqah, puasa, haji dan lainnya. Syirik (besar) akan menghapus seluruh amal.

[13]. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan diringankan dari perbuatan yang tidak ia sukai dan dari penyakit yang dideritanya. Oleh karena itu, jika seorang hamba menyempurnakan Tauhid dan keimanannya, niscaya kesusahan dan kesulitan dihadapinya dengan lapang dada, sabar, jiwa tenang, pasrah dan ridha kepada takdir-Nya.

Para ulama banyak menjelaskan bahwasanya orang sakit dan mendapati musibah itu harus meyakini bahwa:

[a]. Penyakit yang diderita itu adalah suatu ketetapan dari Allah Azza wa Jalla. Dan penyakit adalah sebagai cobaan dari Allah.
[b]. Hal itu disebabkan oleh perbuatan dosa dan maksiyat yang ia kerjakan.
[c]. Hendaklah ia meminta ampun dan kesembuhan kepada Allah Azza wa Jalla, serta meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla sajalah yang dapat menyembuhkannya.

[14].tauhid akan memerdekakan seorang hamba dari peng-hambaan kepada makhluk-Nya, agar menghamba hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja yang menciptakan semua makhluk.

Artinya yaitu orang-orang yang bertauhid dalam kehidupannya hanya menghamba, memohon pertolongan, meminta ampunan dan berbagai macam ibadah lainnya, hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata.

[15]. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan dimudahkan untuk melaksanakan amal-amal kebajikan dan meninggalkan kemungkaran, serta dapat menghibur seseorang dari musibah yang dialaminya.

Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menganjurkan kepada umatnya agar berdo’a kepada Allah Azza wa Jalla untuk memohon segala kebaikan dan dijauhkan dari berbagai macam kejelekan serta dijadikan setiap ketentuan (qadha) itu baik untuk kita. Do’a yang dibaca Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut adalah

اَللَّهُمَّ ...وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِي خَيْرًا.

“Ya Allah..., dan aku minta kepada-Mu agar Engkau menjadikan setiap ketetapan (qadha) yang telah Engkau tetapkan bagiku merupakan suatu kebaikan.” [7]

Salah satu rukun iman adalah iman kepada qadha’ dan qadar, yang baik dan yang buruk. Dengan mengimani hal ini niscaya setiap apa yang terjadi pada diri kita akan ringan dan mendapat ganjaran dari Allah apabila kita sabar dan ridha.

[16]. Orang yang mewujudkan tauhid dengan ikhlas dan benar akan dilapangkan dadanya.

[17]. Orang yang mewujudkan Tauhid dengan ikhlas, jujur dan tawakkal kepada Allah dengan sempurna, maka akan masuk Surga tanpa hisab dan adzab.

_________
Foote Note
[1]. Dinukil dari kitab al-Qaulus Sadiid fi Maqaashidit Tauhiid (hal. 23-25) oleh Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, disertai beberapa tambahan dan dalil-dalil dari penulis.
[2]. HR. At-Tirmidzi (no. 3540), ia berkata, “Hadits hasan gharib.”
[3]. Lihat al-Qaulus Sadiid fi Maqaashid Tauhid oleh Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di.
[4]. HR. Muslim (no. 26) dari Shahabat .‘Utsman
.[5]. HR. Muslim (no. 93) dari Shahabat Jabir
[6]. HR. .Al-Bukhari (no. 22) dari Abu Sa’id al-Khudriy
[7]. HR. Ibnu Majah (no. 3846), Ahmad (VI/134), al-Hakim dan ia menshahihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi (I/522). Untuk lebih lengkapnya, silakan baca buku Do’a & Wirid (hal. 269-270, cet. VI) oleh penulis.
Dengan begitu banyaknya keutamaan yang disediakan oleh Allah maka tidak ada kata selain menjadikan Tauhid sebagai Prioritas Pertama dan Utama dalam Ilmu, ‘Amal dan Dakwah.
Wallaahu Ta’ala a’lam Bi shawab


Abu salmaa faris Abdullah Ma'mun-



0 komentar:

Post a Comment